MAKALAH
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN
“Teknologi
Produksi Tanaman Kailan (Brassica Oleraceae Var.
Acephala)”
Asisten Praktikum Tutorial:
Purnaningtyas Oetari D.
Kelas : P (Komoditas Kailan)
Disusun oleh :
Iwan Parlindungan Sidaruk 155040200111200
Siska Yulia Nur Aisyah 155040201111183
Wulan Ramadhan 155040207111139
PROGRAM STUDI
AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi dari makalah ini agar menjadi lebih baik.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman
kami, kami yakin banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Malang, Oktober
2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR-------------------------------------------------------------------- i
DAFTAR ISI-------------------------------------------------------------------------------
ii
DAFTAR TABEL------------------------------------------------------------------------- iii
BAB 1 PENDAHULUAN-------------------------------------------------------------- 1
1.1 Latar Belakang-------------------------------------------------------------------------1
1.2 Tujuan------------------------------------------------------------------------------------2
1.3 Manfaat----------------------------------------------------------------------------------2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA------------------------------------------------------- 3
2.1 Klasifikasi Tanaman Kailan (Brassica oleraceae)-------------------------------3
2.2 Syarat Tumbuh-------------------------------------------------------------------------4
BAB III PEMBAHASAN--------------------------------------------------------------- 6
3.1 Permasalahan Produksi Tanaman Kailan-----------------------------------------6
3.2 Teknologi Produksi Tanaman Kailan----------------------------------------------7
3.3 Teknik Budidaya Tanaman Kailan-------------------------------------------------9
BAB IV PENUTUP-----------------------------------------------------------------------
12
4.1 Kesimpulan-----------------------------------------------------------------------------12
4.2 Saran-------------------------------------------------------------------------------------12
DAFTAR PUSTAKA---------------------------------------------------------------------
13
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sayuran merupakan jenis makanan yang banyak mengandung manfaat dan
diperlukan oleh hampir setiap orang. Sayuran dapat berupa tanaman atau bagian tanaman
yang dikonsumsi baik dalam kondisi segar maupun matang sebagai bagian dari
susunan menu makanan. Jenis sayuran sangat beragam dapat berupa umbi, buah,
bunga atau daun. Sayuran daun merupakan jenis yang paling banyak dikonsumsi
oleh masyarakat. Salah satu tanaman yang termasuk sayuran daun adalah kailan (Brassica oleraceae).
Kailan (Brassica oleraceae) termasuk dalam kelompok tanaman sayuran daun
yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Kailan biasanya dikonsumsi oleh kalangan
menengah ke atas yang pemasarannya di lakukan di restoran, hotel dan pasar
swalayan. Sehingga, kailan memiliki prospek yang cukup menjanjikan untuk
dibudidayakan. Selain sebagai bahan sayuran yang mengandung zat gizi cukup
lengkap, kailan sangat baik untuk kesehatan karena kaya akan vitamin A, kalsium
dan zat besi serta mengandung asam folat yang bermanfaat untuk perkembangan
otak pada janin. Kailan juga dapat memperbaiki dan memperlancar pencernaan
makanan, serta memperkuat gigi. Selain itu, kailan mengandung lutein dan zeaxanthin
yang baik untuk kesehatan mata, memperlambat proses penuaan dan dapat
mengurangi resiko penyakit kanker dan tumor.
Karena tingginya permintaan produksi tanaman kailan dari hari
ke hari yang semakin meningkat, maka perlu adanya pengembangan pengolahan budidaya
tanaman kailan secara tepat agar produktivitas yang diinginkan dapat terpenuhi.
Untuk itu, dalam makalah ini penulis akan mengupas mengenai teknologi produksi
tanaman kailan yang tepat agar dapat memenuhi permintaan produksi kailan dalam
kalangan masyarakat.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Mengetahui berbagai masalah dalam budidaya tanaman
kailan
2.
Mengetahui teknologi produksi tanaman kailan yang tepat untuk
meningkatkan hasil dari produksi
1.3 Manfaat
Penulisan dalam makalah ini diharapkan dapat
memberikan informasi mengenai teknologi produksi tanaman sayuran terutama
tanaman kailan yang sering diterapkan dalam sistem budidaya agar dapat
meningkatkan hasil produksi tanaman kailan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Tanaman Kailan (Brassica
oleraceae)
Menurut Rubatzky (1997), tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran yang
termasuk dalam kelas dicotyledoneae. Adapun klasifikasi tanaman kailan adalah
sebagai berikut :
Kingdom :
Plantae
Divisio :Spermatophyta
Subdivisio :
Angiospermae
Kelas :
Dicotyledoneae
Ordo :
Papavorales
Famili :
Cruciferae (Brassicaceae)
Genus :
Brassica
Spesies : Brassica
oleraceae Var. Acephala
Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang
dengan cabang-cabang akar yang kokoh. Cabang akar (akar sekunder) tumbuh dan
menghasilkan akar tersier yang akan berfungsi menyerap unsur hara dari dalam
tanah. Tanaman kailan yang dibudidayakan umumnya tumbuh semusim (annual)
ataupun dwimusim (biennual) yang berbentuk perdu. Sistem perakaran relatif
dangkal, yakni menembus kedalaman tanah antara 20-30 cm (
Nursanyoto, 1992).
Tanaman kailan mempunyai batang berwarna hijau
kebiruan, bersifat tunggal dan bercabang pada bagian atas. Warna batangnya
mirip dengan bunga (kembang) kol. Batang kailan dilapisi oleh zat lilin,
sehingga tampak mengkilap. Pada batang tersebut akan muncul daun yang letaknya
berseling-seling. Batang tanaman kailan umumnya pendek dan banyak mengandung
air (herbaceous). Disekeliling batang hingga titik tumbuh terdapat tangkai daun
yang bertangkai pendek. Tanaman ini dikenal dengan daun roset yang tersusun
spiral kearah cabang tak berbatang (Rubatzky, 1997),
Tanaman kailan adalah sayuran yang berdaun tebal,
datar, mengkilap, keras, berwarna hijau kebiruan dan letaknya berseling.
Daunnya panjang dan melebar seperti caisim, sedangkan warna daun mirip dengan
kembang kol berbentuk bujur telur. Sebagian besar sayuran kailan memiliki
ukuran daun yang lebih besar, dan permukaan serta sembir daun yang rata. Pada
tipe tertentu, daun yang tersusun secara spiral ini selalu bertumpang tindih
sehingga agak mirip dengan kepala longgar (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Umumnya bunga kailan berwarna kuning, namun ada pula
yang berwarna putih. Kepala bunga berukuran kecil, menyerupai bunga pada
brokoli. Bunga kailan terdapat dalam tandan yang muncul dari ujung batang atau
tunas. Kailan berbunga sempurna dengan enam benang sari yang terdapat dalam dua
lingkaran. Empat benang sari terdapat dalam lingkaran dalam, sisanya terdapat
dalam lingkaran luar. Buah kailan berbentuk polong, panjang dan ramping berisi
biji. Biji-bijinya berbentuk bulat kecil berwarna coklat sampai kehitam-hitaman.
Biji-biji inilah yang digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman kailan (Rubatzky,
1997),
2.2 Syarat tumbuh
Adapun syarat tumbuh tanaman kailan adalah sebagai
berikut :
1.
Iklim
Kailan adalah suatu sayuran musim dingin atau lembab,
dapat juga pada musim panas jangka pendek. Pertumbuhan kailan dapat terjadi
sepanjang tahun, pada musim semi dengan kelembaban tinggi dan tumbuh baik pada
ketinggian 1000-2000 m dpl. Kailan menghendaki keadaan iklim yang dingin selama
pertumbuhannya. Suhu yang baik berkisar antara 15-25ᵒC serta cukup mendapat
sinar matahari. Penanaman kailan yang kurang mendapat sinar matahari
(terlindungi) akan mengalami pertumbuhan yang kurang baik dan mudah terserang
penyakit, serta pada saat umur tanaman muda sering terjadi stagnasi (
Nursanyoto, 1992).
2.
Tanah
Kailan menghendaki keadaan tanah yang bertekstur
gembur dan subur dengan pH 5,5-6,5. Tanaman kailan dapat tumbuh dan beradaptasi
di semua jenis tanah, baik tanah yang bertekstur ringan sampai berat (Hilda,
2012). Jenis tanah yang paling baik untuk tanaman kailan adalah lempung
berpasir. Pada tanah-tanah yang masam (pH kurang dari 5,5), pertumbuhan kailan
sering mengalami hambatan, seperti mudah terserang penyakit akar bengkak atau
“Club root” yang disebabkan oleh cendawan Plasmodiophora brassicae Wor.
Sebaliknya pada tanah yang basa atau alkalis (pH lebih dari 6,5) tanaman dapat
terserang penyakit kaki hitam (blackleg) akibat cendawan Phoma lingam.
3.
Media Tanam
Media tanam memiliki fungsi yang sangat berperan penting bagi tanaman,
yaitu sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya tanaman dan penyedia air dan
unsur hara bagi tanaman. Menurut Rubatzky (1997), secara umum, media tanam dapat dikategorikan
menjadi dua macam, yaitu media tanam tanah dan nontanah. Media tanam dibedakan
berdasarkan jenis bahan penyusunnya, menjadi bahan unsur dan anorganik. Jenis
bahan unsur yang dapat dijadikan sebagai media tanam di antaranya yaitu kompos
dan bahan anorganik yaitu pasir, sedangkan topsoil merupakan jenis media tanam
yang paling sering digunakan. Media tanam yang termasuk dalam kategori bahan
unsur umumnya berasal dari komponen organisme hidup, misalnya bagiann dari
tanaman seperti Top soil daun, batang, bunga, buah atau kulit kayu. Bahan media
tanam juga memiliki pori-pori makro dan mikro yang unsur haranya seimbang
sehingga sirkulasi udara yang dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap
air yang tinggi.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Permasalahan Produksi Tanaman Kailan
Tanaman kailan (Brassica oleraceae Var. Acephala)
merupakan salah satu jenis sayuran famili kubis-kubisan (Brassicaceae) yang
diduga berasal dari negeri China. Kailan masuk ke Indonesia sekitar abad ke-17,
namun sayuran ini sudah cukup populer dan diminati di kalangan masyarakat
(Darmawan, 2009).
Tanaman kailan adalah
salah satu jenis sayuran daun, dimana rasanya enak serta mempunyai kandungan
gizi yang dibutuhkan tubuh manusia, seperti protein, mineral dan vitamin.
Kandungan gizi serta rasanya enak, sehingga membuat kailan menjadi salah satu
produk pertanian yang diminati masyarakat, sehingga mempunyai potensi serta
nilai komersial tinggi. Berikut adalah tabel dari kandungan gizi per 100 gram
kailan.
Tabel 1. Kandungan gizi per 100 gram kailan.
Zat gizi
|
Kadar
|
%AKG*
|
Energi (kkal)
|
22
|
1
|
Total karbohidrat (g)
|
3,8
|
1
|
Serat pangan (g)
|
2,5
|
10
|
Protein (g)
|
1,1
|
1,8
|
Total lemah (g)
|
0,7
|
1
|
Vitamin A (IU)
|
1.638
|
33
|
Vitamin C (mg)
|
28,2
|
31
|
Vitamin E (mg)
|
0,5
|
2
|
Vitamin K (mkg)
|
84,8
|
141
|
Asam folat (mkg)
|
99
|
25
|
Kalsium (mg)
|
100
|
10
|
Mangan (mg)
|
0,3
|
13
|
Lutein-zeaksantin (mkg)
|
912
|
-
|
(Widadi, 2003).
Berdasarkan data dari
Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2006, produksi tanaman kubis-kubisan
khususnya kailan mengalami penurunan rata-rata produksi 287,30 kw/ha tahun 2005
menjadi 253,70 kw/ha. Menurunya produksi sayuran tersebut disebabkan belum adanya
penerapan teknik budidaya yang baik khususnya di kalangan petani. Penurunan
produksi tersebut juga diikuti dengan terjadinya penurunan luas lahan panen
dari 5.897 ha pada tahun 2005 menjadi 5.461 ha pada tahun 2006.
Berdasarkan data tersebut perlu dilakukan suatu
usaha untuk meningkatkan kembali produksi kailan. Usaha untuk meningkatkan
produksi kailan dapat dilakukan dengan memperluas areal penanaman, penerapan
teknik budidaya yang baik, serta menjaga kesuburan lahan pertanian supaya
kesinambungan usaha pertanian tetap terlaksana. Pertanian berkesinambungan
adalah suatu teknik budidaya pertanian yang menitik beratkan adanya pelestarian
hubungan timbal balik antara organisme dengan sekitarnya. Sistem pertanian ini
tidak menghendaki penggunaan produk berupa bahan-bahan kimia yang dapat merusak
ekosistem alam. Pertanian berkesinambungan identik dengan penggunaan pupuk
organik yang berasal dari limbah-limbah pertanian, pupuk kandang, pupuk hijau,
kotoran-kotoran manusia, serta kompos. Penerapan pertanian organik diharapkan
keseimbangan antara organisme dengan lingkungan tetap terjaga (Djojosuwito,
2000).
3.2
Teknologi Produksi Tanaman Kailan
Sistem budidaya yang dapat menghasilkan produk yang
berkualitas tinggi yaitu teknologi hidroponik. Hidroponik merupakan cara
bercocok tanam tanpa menggunakan tanah melainkan menggunakan air sebagai suplai
hara dan mineral terhadap pertumbuhan tanaman (Prihmantoro dan Indriani, 1999).
Dalam teknologi hidroponik, pengelolaan air dan hara difokuskan pada cara
pemberian yang optimal sesuai dengan kebutuhan tanaman, umur tanaman dan
kondisi lingkungan sehingga tercapai hasil yang maksimal (Susila, 2013).
Budidaya sayuran secara hidroponik memiliki beberapa kelebihan. Keberhasilan
tanaman untuk tumbuh dan berproduksi lebih terjamin merupakan kelebihan yang
paling utama. Kelebihan hidroponik yang lain adalah:
1. Perawatan lebih praktis dan membutuhkan lebih sedikit
tenaga kerja
2. Pemakaian pupuk lebih efisien
3. Tanaman dapat tumbuh lebih pesat dengan keberhasilan
yang terjamin
4. Penanaman dapat dilakukan terus menerus tanpa
tergantung musim,
5. Dapat dilakukan penjadwalan pemanenan sehingga
dapatmemproduksi tanaman secara kontinyu, serta
6. Harga jual sayuran hidroponik lebih mahal
(Lingga, 2005).
Teknologi hidroponik
tidak terlepas dari penggunaan greenhouse.
Greenhouse digunakan untuk melindungi
tanaman dari gangguan luar seperti angin kencang, hujan deras, radiasi matahari
dan kelembaban yang tinggi (Prihmantoro dan Indriani, 1999). Intensitas hujan
yang terlalu besar dapat merusak tanaman secara fisik, sedangkan radiasi
matahari yang terlalu tinggi akan menyebabkan proses evapotranspirasi semakin
meningkat. Greenhouse juga dapat
sebagai kontrol untuk mengatur suhu, kelembaban, tingkat radiasi dan
konsentrasi karbondioksida di udara (Untung, 2004). Sulistyaningsih, dkk (2005)
menyebutkan bahwa pertumbuhan dan hasil caisim dalam sungkup plastik (greenhouse) lebih baik dibandingkan
caisim yang tidak disungkup. Namun demikian penggunaan greenhouse sering menimbulkan efek negatif yaitu meningkatnya suhu
di dalam greenhouse sehingga
menyebabkan tanaman mengalami kalayuan (Hadiutomo, 2012).
Budidaya hidroponik
yang umum dijumpai adalah sistem hidroponik substrat dalam wadah menggunakan Drip irrigation (irigasi tetes) dan Nutrient Film Technique (NFT). Kedua
sistem ini membutuhkan biaya produksi yang mahal karena harus menggunakan
listrik dalam jumlah besar untuk sirkulasi larutan nutrisi (Lingga, 2005).
Teknologi hidroponik yang lain yang lebih sederhana adalah kultur air (water culture). Saparamadu, et.al (2011) menyatakan bahwa sistem
hidroponik sederhana dapat berupa sistem hidroponik dengan menggunakan biaya
yang sedikit yang diaplikasikan pada kondisi iklim yang natural dan berada pada
genangan air. Kultur air juga sering disebut true hydroponics, nutri culture, atau bare root system (Susila,
2013). Di dalam kultur air, akar tanaman terendam dalam media cair yang
merupakan larutan hara tanaman, sementara bagian atas tanaman ditunjang adanya
lapisan medium inert tipis yang
memungkinkan tanaman dapat tumbuh tegak (Resh, 2004).
Teknologi Hidroponik
Sistem Terapung (THST) merupakan salah satu sistem kultur air tanpa menggunakan
substrat. Teknologi Hidroponik Sistem Terapung (THST) telah dikembangkan
sebagai teknik budidaya hidroponik sederhana yang tidak memerlukan listrik
untuk mensirkulasi dan meningkatkan aerasi larutan nutrisi (Susila, 2013).
Namun demikian, Teknologi Hidroponik Sistem Terapung (THST) memiliki
permasalahan yang sering terjadi yaitu terendamnya akar tanaman dalam larutan
nutrisi mengakibatkan rendahnya kadar oksigen di zona perakaran. Oksigen di
dalam air diperlukan untuk respirasi akar. gangguan respirasi dapat mengganggu
akar dalam menyerap unsur hara yang terkandung dalam larutan nutrisi (Untung,
2004).
Manipulasi aerasi daerah perakaran perlu
dilakukan untuk mengatasi masalah deoksigenasi pada Teknologi Hidroponik Sistem
Terapung (THST). Salah satu usaha untuk memanipulasi aerasi di zona perakaran
yaitu dengan melakukan pemberian udara ke dalam larutan hara tanaman
menggunakan pompa atau kompresor (Resh, 2004). Selain menggunakan aerator,
memodifikasi styrofoam menggantung (tidak menyentuh larutan nutrisi secara
langsung) juga dapat sebagai sumber aerasi zona perakaran (Kratky, 2009). Pada
penelitian yang dilakukan oleh Alamsyah, dkk (2015), penggunaan greenhouse dan aerasi pada sistem
hidroponik terapung mampu memberikan dampak yang baik terhadap pertumbuhan
tanaman kailan.
3.1
Teknik Budidaya Tanaman Kailan
Adapun
langkah-langkah dalam budidaya tanaman kalian menurut Suhartini (2005) adalah
sebagai berikut :
a. Persiapan Areal
Areal yang akan
digunakan dalam budidaya kailan terlebih dahulu dibersihkan dari rumput-rumput
dan sisa-sisa tanaman sebelumnya dengan menggunakan parang babat atau arit,
setelah itu lahan dicangkul dengan kedalaman 30 cm kemudian dihaluskan dan
diratakan, selanjutnya lahan baru dapat ditanami bibit kailan yang telah
disiapkan.
b. Pembuatan plot percobaan
Lahan yang telah
dibersihkan dan digemburkan dibuat plot-plot percobaan dengan ukuran 100 x 100
cm, dengan jarak antar plot 50 cm dan jarak ulangan 100 cm. Pembuatan plot
dengan arah utara dan selatan.
c. Aplikasi Pupuk
Kailan dibudidayakan dengan menggunakan
polibak atau wadah, dapat digunakan pupukSetelah pengolahan tanah dan pembuatan plot percobaan,
pupuk NPK diberikan dengan cara diaduk secara merata, sesuai dengan dosis dan
waktu pemberian pada tiap plot percobaan.
d. Persiapan Bibit
Sebelum ditanam
terlebih dahulu dilakukan persemaian agar diperoleh bibit yang seragam dan
baik. Benih kailan direndam dalam air dingin selama 15 menit lalu dikeringkan
kembali. Benih tersebut kemudian disemaikan pada sittray dengan media tanam
berupa pasir halus, ketebalan pasir yang digunakan kira-kira 3-4 cm dari dasar
wadah. Selama 1 minggu di persemaian bibit dipelihara secara intensif terutama
penyiraman dan pengawasan terhadap serangan hama atau penyakit. Bibit dirawat
hingga siap ditanam ke lapangan setelah mempunyai daun sebanyak 3-5 helai.
e. Penanaman
Bibit diambil dari
tempat persemaian dengan menggunakan sungkit kayu. Untuk memudahkan pencabutan
bibit terlebih dahulu disiram dengan air. Bibit ditanam di polibag yang telah
disediakan sebelumnya. Biasanya bibit
dipindahkan telah memiliki daun 4 helai dan penanaman dilakukan pada sore hari.
f. Penyiraman
Penyiraman dilakukan
pada pagi dan sore hari dengan menggunakan gembor. Dengan interval
sesuai perlakuan, tetapi dosisnya sama untuk setiap plot.
g. Pemeliharaan, adapun pemeliharaan yang dilakukan dapat berupa:
1. Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila ada tanaman yang mati.
Tanaman yang mati secepatnya diganti dengan tanaman sisipan yang telah
disediakan. Penyulaman paling lambat 5 hari setelah tanam.
2.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan seminggu sekali atau sesuai dengan
pertumbuhan gulma dipolibek dengan cara mencabut (manual).
h. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama
dilakukan dengan manual yaitu membunuh dan membuang hama yang menyerang daun
tanaman kalian, dengan interval 5 hari sekali,dan
apa bila hama dan penyakit sudah melebihi ambang batas ekonomi barulah
mengunakan pestisida.
i.
Pemanenan
Pemanenan dilakukan
pada umur 8 minggu setelah tanam. kailan dipanen dengan cara memotong pangkal batang tanaman
di atas tanah.
.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari
pembahasan dapat disimpulkan bahawa Teknologi Produksi Tanaman yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan hasil produksi tanaman kailan adalah dengan
menggunakan budidaya hidroponik. Sistem budidya hidroponik dapat menghasilkan
produk yang berkualitas tinggi. Dalam teknologi hidroponik, pengelolaan air dan
hara difokuskan pada cara pemberian yang optimal sesuai dengan kebutuhan
tanaman, umur tanaman dan kondisi lingkungan sehingga tercapai hasil yang
maksimal. Teknologi budidaya hidroponik dapat berupa hidroponik substrat dalam
wadah yang menggunakan Drip irrigation
(irigasi tetes) dan Nutrient Film
Technique (NFT) dan yang lebih sederhana adalah kultur air (water culture). Kultur air sering
disebut true hydroponics, nutri culture,
atau bare root system. Teknologi Hidroponik Sistem Terapung (THST)
merupakan salah satu sistem kultur air tanpa menggunakan substrat.
4.2 Saran
Diharapkan peran pemerintah
untuk tetap mengontrol perkembangan budidaya tanaman kailan dengan memberikan
bimbingan ataupun sosialisasi kepada
petani kailan dalam sistem teknologi budidya yang tepat dan benar agar produksi
tanaman kailan dapat terpenuhi dan tidak melakukan impor secara terus menerus.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Hilda, 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Depok :
Universitas Gunadarma
Alamsyah, dkk , 2015. Budidaya Tanaman Kailan (Brassica oleraceae Var. Acephala) Secara Organik. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati. Bandung
Badan Pusat Statistik (BPS), 2006. Sumatera Utara
Dalam Angka. BPS. Sumatera Utara, Medan.
Darmawan, 2004.
Pertumbuhan Kailan di Tanah Gambut [Online]. http://temp.blogspot.com/tanaman-kalian.html.
Diakses 18 Maret 2008
Djojosuwito, S.,
2000. Pertanian Organik dan Multiguna. Kanisius, Yogyakarta. Halaman 38, 41,
44.
Hadiutomo, K.
2012. Mekanisasi Pertanian. IPB
Press. Bogor. 457 Hal.
Kratky, B.A. 2009.
Three non-circulating hydroponic methods for growing lettuce. Proceedings of
the International Symposium on Soilless Culture and Hydroponics. Acta. Hort. 843:65-72.
Lingga, P. 2005. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah.
Penebar Swadaya. Jakarta. 80 Hal.
Nursanyoto H, dkk. 1992. Ilmu
Pertanian. Jakarta: Golden Terayon Press
Prihmantoro, H dan
Y.H. Indriani. 1999. Hidroponik
Sayuran Semusim Untuk Bisnis dan Hobi. Penebar Swadaya. Jakarta.
122 Hal.
Resh, H.M. 2004. Hydroponic
Food Production. Newconcept Press Inc. New Jarsey. 635 pages.
Rubatzky, VE., dan Yamaguchi, M. 1997. Sayuran dunia
2. Bandung : Penerbit ITB
Rubatzky, V. E.
dan M. Yamaguchi, 1998. Sayuran Dunia 2 Prinsip, Produksi, dan Gizi. ITB,
Bandung
Saparamadu,
M.D.J.S., W.A.P Weerakkody, R.D Wijesekera, and H.D Gunawardhana. 2011.
Development Of A Low Cost Hydroponics System And A Formulaton For The Tropics. Journal
Of Applied Horticulture, 13 : January-June.
Suhartini, 2005. Media Tanam Untuk Tanaman Hias.
Jakarta : Penebar Swadaya.
Sulistyaningsih,
E., B. Kurniasih, dan E. Kurniasih. 2005. Pertumbuhan dan Hasil Caisim pada
Berbagai Warna Sangkup Plastik. Ilmu Pertanian 12 (1): 65-76.
Susila, A.D. 2013.
Sistem Hidroponik. Departemen
Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Untung, O. 2004. Hidroponik Sayuran Sistem NFT.
Penebar Swadaya. Jakarta. 96 Hal.
Widadi., 2003.
Pengaruh Inokulasi Ganda Cendawan Akar Ganda Plasmodiophora meloidogyne spp.
Terhadap Pertumbuhan Kailan. Dikutip dari: http://pertanian.Uns.ac.id. Diakses
tanggal 18 Maret 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar