Sabtu, 05 November 2016

Teknologi Produksi Tanaman Kailan



MAKALAH
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN
“Teknologi Produksi Tanaman Kailan (Brassica Oleraceae Var. Acephala)

Asisten Praktikum Tutorial:
Purnaningtyas Oetari D.

Kelas : P (Komoditas Kailan)
Disusun oleh :
Iwan Parlindungan Sidaruk                155040200111200
Siska Yulia Nur Aisyah                      155040201111183
Wulan Ramadhan                               155040207111139



PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016



KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi dari makalah ini agar menjadi lebih baik.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Malang,           Oktober 2016

Penyusun





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR--------------------------------------------------------------------   i
DAFTAR ISI-------------------------------------------------------------------------------   ii
DAFTAR TABEL------------------------------------------------------------------------- iii
BAB 1 PENDAHULUAN--------------------------------------------------------------    1
1.1  Latar Belakang-------------------------------------------------------------------------1
1.2  Tujuan------------------------------------------------------------------------------------2
1.3  Manfaat----------------------------------------------------------------------------------2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA-------------------------------------------------------   3
2.1  Klasifikasi Tanaman Kailan (Brassica oleraceae)-------------------------------3
2.2  Syarat Tumbuh-------------------------------------------------------------------------4
BAB III PEMBAHASAN---------------------------------------------------------------   6
3.1  Permasalahan Produksi Tanaman Kailan-----------------------------------------6
3.2  Teknologi Produksi Tanaman Kailan----------------------------------------------7
3.3  Teknik Budidaya Tanaman Kailan-------------------------------------------------9
BAB IV PENUTUP----------------------------------------------------------------------- 12
4.1  Kesimpulan-----------------------------------------------------------------------------12
4.2  Saran-------------------------------------------------------------------------------------12
DAFTAR PUSTAKA--------------------------------------------------------------------- 13




DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kandungan Gizi Per 100 Gram Kailan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Sayuran merupakan jenis makanan yang banyak mengandung manfaat dan diperlukan oleh hampir setiap orang. Sayuran dapat berupa tanaman atau bagian tanaman yang dikonsumsi baik dalam kondisi segar maupun matang sebagai bagian dari susunan menu makanan. Jenis sayuran sangat beragam dapat berupa umbi, buah, bunga atau daun. Sayuran daun merupakan jenis yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Salah satu tanaman yang termasuk sayuran daun adalah kailan (Brassica oleraceae).
      Kailan (Brassica oleraceae) termasuk dalam kelompok tanaman sayuran daun yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Kailan biasanya dikonsumsi oleh kalangan menengah ke atas yang pemasarannya di lakukan di restoran, hotel dan pasar swalayan. Sehingga, kailan memiliki prospek yang cukup menjanjikan untuk dibudidayakan. Selain sebagai bahan sayuran yang mengandung zat gizi cukup lengkap, kailan sangat baik untuk kesehatan karena kaya akan vitamin A, kalsium dan zat besi serta mengandung asam folat yang bermanfaat untuk perkembangan otak pada janin. Kailan juga dapat memperbaiki dan memperlancar pencernaan makanan, serta memperkuat gigi. Selain itu, kailan mengandung lutein dan zeaxanthin yang baik untuk kesehatan mata, memperlambat proses penuaan dan dapat mengurangi resiko penyakit kanker dan tumor.
      Karena tingginya permintaan produksi tanaman kailan dari hari ke hari yang semakin meningkat, maka perlu adanya pengembangan pengolahan budidaya tanaman kailan secara tepat agar produktivitas yang diinginkan dapat terpenuhi. Untuk itu, dalam makalah ini penulis akan mengupas mengenai teknologi produksi tanaman kailan yang tepat agar dapat memenuhi permintaan produksi kailan dalam kalangan masyarakat.


1.2  Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui berbagai masalah dalam budidaya tanaman kailan
2.      Mengetahui teknologi produksi tanaman kailan yang tepat untuk meningkatkan hasil dari produksi
1.3  Manfaat
Penulisan dalam makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai teknologi produksi tanaman sayuran terutama tanaman kailan yang sering diterapkan dalam sistem budidaya agar dapat meningkatkan hasil produksi tanaman kailan.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Klasifikasi Tanaman Kailan (Brassica oleraceae)
Menurut Rubatzky (1997), tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam kelas dicotyledoneae. Adapun klasifikasi tanaman kailan adalah sebagai berikut :
Kingdom         : Plantae
Divisio             :Spermatophyta
Subdivisio       : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledoneae
Ordo                : Papavorales
Famili              : Cruciferae (Brassicaceae)
Genus              : Brassica
Spesies : Brassica oleraceae Var. Acephala
Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan cabang-cabang akar yang kokoh. Cabang akar (akar sekunder) tumbuh dan menghasilkan akar tersier yang akan berfungsi menyerap unsur hara dari dalam tanah. Tanaman kailan yang dibudidayakan umumnya tumbuh semusim (annual) ataupun dwimusim (biennual) yang berbentuk perdu. Sistem perakaran relatif dangkal, yakni menembus kedalaman tanah antara 20-30 cm ( Nursanyoto, 1992).
Tanaman kailan mempunyai batang berwarna hijau kebiruan, bersifat tunggal dan bercabang pada bagian atas. Warna batangnya mirip dengan bunga (kembang) kol. Batang kailan dilapisi oleh zat lilin, sehingga tampak mengkilap. Pada batang tersebut akan muncul daun yang letaknya berseling-seling. Batang tanaman kailan umumnya pendek dan banyak mengandung air (herbaceous). Disekeliling batang hingga titik tumbuh terdapat tangkai daun yang bertangkai pendek. Tanaman ini dikenal dengan daun roset yang tersusun spiral kearah cabang tak berbatang (Rubatzky, 1997),
Tanaman kailan adalah sayuran yang berdaun tebal, datar, mengkilap, keras, berwarna hijau kebiruan dan letaknya berseling. Daunnya panjang dan melebar seperti caisim, sedangkan warna daun mirip dengan kembang kol berbentuk bujur telur. Sebagian besar sayuran kailan memiliki ukuran daun yang lebih besar, dan permukaan serta sembir daun yang rata. Pada tipe tertentu, daun yang tersusun secara spiral ini selalu bertumpang tindih sehingga agak mirip dengan kepala longgar (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Umumnya bunga kailan berwarna kuning, namun ada pula yang berwarna putih. Kepala bunga berukuran kecil, menyerupai bunga pada brokoli. Bunga kailan terdapat dalam tandan yang muncul dari ujung batang atau tunas. Kailan berbunga sempurna dengan enam benang sari yang terdapat dalam dua lingkaran. Empat benang sari terdapat dalam lingkaran dalam, sisanya terdapat dalam lingkaran luar. Buah kailan berbentuk polong, panjang dan ramping berisi biji. Biji-bijinya berbentuk bulat kecil berwarna coklat sampai kehitam-hitaman. Biji-biji inilah yang digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman kailan (Rubatzky, 1997),
2.2    Syarat tumbuh
Adapun syarat tumbuh tanaman kailan adalah sebagai berikut :
1.      Iklim
Kailan adalah suatu sayuran musim dingin atau lembab, dapat juga pada musim panas jangka pendek. Pertumbuhan kailan dapat terjadi sepanjang tahun, pada musim semi dengan kelembaban tinggi dan tumbuh baik pada ketinggian 1000-2000 m dpl. Kailan menghendaki keadaan iklim yang dingin selama pertumbuhannya. Suhu yang baik berkisar antara 15-25ᵒC serta cukup mendapat sinar matahari. Penanaman kailan yang kurang mendapat sinar matahari (terlindungi) akan mengalami pertumbuhan yang kurang baik dan mudah terserang penyakit, serta pada saat umur tanaman muda sering terjadi stagnasi ( Nursanyoto, 1992).
2.      Tanah
Kailan menghendaki keadaan tanah yang bertekstur gembur dan subur dengan pH 5,5-6,5. Tanaman kailan dapat tumbuh dan beradaptasi di semua jenis tanah, baik tanah yang bertekstur ringan sampai berat (Hilda, 2012). Jenis tanah yang paling baik untuk tanaman kailan adalah lempung berpasir. Pada tanah-tanah yang masam (pH kurang dari 5,5), pertumbuhan kailan sering mengalami hambatan, seperti mudah terserang penyakit akar bengkak atau “Club root” yang disebabkan oleh cendawan Plasmodiophora brassicae Wor. Sebaliknya pada tanah yang basa atau alkalis (pH lebih dari 6,5) tanaman dapat terserang penyakit kaki hitam (blackleg) akibat cendawan Phoma lingam.
3.      Media Tanam
Media tanam memiliki fungsi yang sangat berperan penting bagi tanaman, yaitu sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya tanaman dan penyedia air dan unsur hara bagi tanaman. Menurut Rubatzky (1997), secara umum, media tanam dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu media tanam tanah dan nontanah. Media tanam dibedakan berdasarkan jenis bahan penyusunnya, menjadi bahan unsur dan anorganik. Jenis bahan unsur yang dapat dijadikan sebagai media tanam di antaranya yaitu kompos dan bahan anorganik yaitu pasir, sedangkan topsoil merupakan jenis media tanam yang paling sering digunakan. Media tanam yang termasuk dalam kategori bahan unsur umumnya berasal dari komponen organisme hidup, misalnya bagiann dari tanaman seperti Top soil daun, batang, bunga, buah atau kulit kayu. Bahan media tanam juga memiliki pori-pori makro dan mikro yang unsur haranya seimbang sehingga sirkulasi udara yang dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap air yang tinggi.


BAB III
PEMBAHASAN

3.1    Permasalahan Produksi Tanaman Kailan
Tanaman kailan (Brassica oleraceae Var. Acephala) merupakan salah satu jenis sayuran famili kubis-kubisan (Brassicaceae) yang diduga berasal dari negeri China. Kailan masuk ke Indonesia sekitar abad ke-17, namun sayuran ini sudah cukup populer dan diminati di kalangan masyarakat (Darmawan, 2009).
Tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran daun, dimana rasanya enak serta mempunyai kandungan gizi yang dibutuhkan tubuh manusia, seperti protein, mineral dan vitamin. Kandungan gizi serta rasanya enak, sehingga membuat kailan menjadi salah satu produk pertanian yang diminati masyarakat, sehingga mempunyai potensi serta nilai komersial tinggi. Berikut adalah tabel dari kandungan gizi per 100 gram kailan.
Tabel 1. Kandungan gizi per 100 gram kailan.
Zat gizi
Kadar
%AKG*
Energi (kkal)
22
1
Total karbohidrat (g)
3,8
1
Serat pangan (g)
2,5
10
Protein (g)
1,1
1,8
Total lemah (g)
0,7
1
Vitamin A (IU)
1.638
33
Vitamin C (mg)
28,2
31
Vitamin E (mg)
0,5
2
Vitamin K (mkg)
84,8
141
Asam folat (mkg)
99
25
Kalsium (mg)
100
10
Mangan (mg)
0,3
13
Lutein-zeaksantin (mkg)
912
-
(Widadi, 2003).

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2006, produksi tanaman kubis-kubisan khususnya kailan mengalami penurunan rata-rata produksi 287,30 kw/ha tahun 2005 menjadi 253,70 kw/ha. Menurunya produksi sayuran tersebut disebabkan belum adanya penerapan teknik budidaya yang baik khususnya di kalangan petani. Penurunan produksi tersebut juga diikuti dengan terjadinya penurunan luas lahan panen dari 5.897 ha pada tahun 2005 menjadi 5.461 ha pada tahun 2006.
Berdasarkan data tersebut perlu dilakukan suatu usaha untuk meningkatkan kembali produksi kailan. Usaha untuk meningkatkan produksi kailan dapat dilakukan dengan memperluas areal penanaman, penerapan teknik budidaya yang baik, serta menjaga kesuburan lahan pertanian supaya kesinambungan usaha pertanian tetap terlaksana. Pertanian berkesinambungan adalah suatu teknik budidaya pertanian yang menitik beratkan adanya pelestarian hubungan timbal balik antara organisme dengan sekitarnya. Sistem pertanian ini tidak menghendaki penggunaan produk berupa bahan-bahan kimia yang dapat merusak ekosistem alam. Pertanian berkesinambungan identik dengan penggunaan pupuk organik yang berasal dari limbah-limbah pertanian, pupuk kandang, pupuk hijau, kotoran-kotoran manusia, serta kompos. Penerapan pertanian organik diharapkan keseimbangan antara organisme dengan lingkungan tetap terjaga (Djojosuwito, 2000).
3.2    Teknologi Produksi Tanaman Kailan
Sistem budidaya yang dapat menghasilkan produk yang berkualitas tinggi yaitu teknologi hidroponik. Hidroponik merupakan cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah melainkan menggunakan air sebagai suplai hara dan mineral terhadap pertumbuhan tanaman (Prihmantoro dan Indriani, 1999). Dalam teknologi hidroponik, pengelolaan air dan hara difokuskan pada cara pemberian yang optimal sesuai dengan kebutuhan tanaman, umur tanaman dan kondisi lingkungan sehingga tercapai hasil yang maksimal (Susila, 2013). Budidaya sayuran secara hidroponik memiliki beberapa kelebihan. Keberhasilan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi lebih terjamin merupakan kelebihan yang paling utama. Kelebihan hidroponik yang lain adalah:
1.    Perawatan lebih praktis dan membutuhkan lebih sedikit tenaga kerja
2.    Pemakaian pupuk lebih efisien
3.    Tanaman dapat tumbuh lebih pesat dengan keberhasilan yang terjamin
4.    Penanaman dapat dilakukan terus menerus tanpa tergantung musim,
5.    Dapat dilakukan penjadwalan pemanenan sehingga dapatmemproduksi tanaman secara kontinyu, serta
6.    Harga jual sayuran hidroponik lebih mahal
(Lingga, 2005).
Teknologi hidroponik tidak terlepas dari penggunaan greenhouse. Greenhouse digunakan untuk melindungi tanaman dari gangguan luar seperti angin kencang, hujan deras, radiasi matahari dan kelembaban yang tinggi (Prihmantoro dan Indriani, 1999). Intensitas hujan yang terlalu besar dapat merusak tanaman secara fisik, sedangkan radiasi matahari yang terlalu tinggi akan menyebabkan proses evapotranspirasi semakin meningkat. Greenhouse juga dapat sebagai kontrol untuk mengatur suhu, kelembaban, tingkat radiasi dan konsentrasi karbondioksida di udara (Untung, 2004). Sulistyaningsih, dkk (2005) menyebutkan bahwa pertumbuhan dan hasil caisim dalam sungkup plastik (greenhouse) lebih baik dibandingkan caisim yang tidak disungkup. Namun demikian penggunaan greenhouse sering menimbulkan efek negatif yaitu meningkatnya suhu di dalam greenhouse sehingga menyebabkan tanaman mengalami kalayuan (Hadiutomo, 2012).
Budidaya hidroponik yang umum dijumpai adalah sistem hidroponik substrat dalam wadah menggunakan Drip irrigation (irigasi tetes) dan Nutrient Film Technique (NFT). Kedua sistem ini membutuhkan biaya produksi yang mahal karena harus menggunakan listrik dalam jumlah besar untuk sirkulasi larutan nutrisi (Lingga, 2005). Teknologi hidroponik yang lain yang lebih sederhana adalah kultur air (water culture). Saparamadu, et.al (2011) menyatakan bahwa sistem hidroponik sederhana dapat berupa sistem hidroponik dengan menggunakan biaya yang sedikit yang diaplikasikan pada kondisi iklim yang natural dan berada pada genangan air. Kultur air juga sering disebut true hydroponics, nutri culture, atau bare root system (Susila, 2013). Di dalam kultur air, akar tanaman terendam dalam media cair yang merupakan larutan hara tanaman, sementara bagian atas tanaman ditunjang adanya lapisan medium inert tipis yang memungkinkan tanaman dapat tumbuh tegak (Resh, 2004).
Teknologi Hidroponik Sistem Terapung (THST) merupakan salah satu sistem kultur air tanpa menggunakan substrat. Teknologi Hidroponik Sistem Terapung (THST) telah dikembangkan sebagai teknik budidaya hidroponik sederhana yang tidak memerlukan listrik untuk mensirkulasi dan meningkatkan aerasi larutan nutrisi (Susila, 2013). Namun demikian, Teknologi Hidroponik Sistem Terapung (THST) memiliki permasalahan yang sering terjadi yaitu terendamnya akar tanaman dalam larutan nutrisi mengakibatkan rendahnya kadar oksigen di zona perakaran. Oksigen di dalam air diperlukan untuk respirasi akar. gangguan respirasi dapat mengganggu akar dalam menyerap unsur hara yang terkandung dalam larutan nutrisi (Untung, 2004).
Manipulasi aerasi daerah perakaran perlu dilakukan untuk mengatasi masalah deoksigenasi pada Teknologi Hidroponik Sistem Terapung (THST). Salah satu usaha untuk memanipulasi aerasi di zona perakaran yaitu dengan melakukan pemberian udara ke dalam larutan hara tanaman menggunakan pompa atau kompresor (Resh, 2004). Selain menggunakan aerator, memodifikasi styrofoam menggantung (tidak menyentuh larutan nutrisi secara langsung) juga dapat sebagai sumber aerasi zona perakaran (Kratky, 2009). Pada penelitian yang dilakukan oleh Alamsyah, dkk (2015), penggunaan greenhouse dan aerasi pada sistem hidroponik terapung mampu memberikan dampak yang baik terhadap pertumbuhan tanaman kailan.  
3.1  Teknik Budidaya Tanaman Kailan
Adapun langkah-langkah dalam budidaya tanaman kalian menurut Suhartini (2005) adalah sebagai berikut :
a.       Persiapan Areal
Areal yang akan digunakan dalam budidaya kailan terlebih dahulu dibersihkan dari rumput-rumput dan sisa-sisa tanaman sebelumnya dengan menggunakan parang babat atau arit, setelah itu lahan dicangkul dengan kedalaman 30 cm kemudian dihaluskan dan diratakan, selanjutnya lahan baru dapat ditanami bibit kailan yang telah disiapkan.



b.      Pembuatan plot percobaan
Lahan yang telah dibersihkan dan digemburkan dibuat plot-plot percobaan dengan ukuran 100 x 100 cm, dengan jarak antar plot 50 cm dan jarak ulangan 100 cm. Pembuatan plot dengan arah utara dan selatan.
c.       Aplikasi Pupuk
Kailan dibudidayakan dengan menggunakan polibak atau wadah, dapat digunakan pupukSetelah pengolahan tanah dan pembuatan plot percobaan, pupuk NPK diberikan dengan cara diaduk secara merata, sesuai dengan dosis dan waktu pemberian pada tiap plot percobaan.
d.      Persiapan Bibit
Sebelum ditanam terlebih dahulu dilakukan persemaian agar diperoleh bibit yang seragam dan baik. Benih  kailan direndam dalam air dingin selama 15 menit lalu dikeringkan kembali. Benih tersebut kemudian disemaikan pada sittray dengan media tanam berupa pasir halus, ketebalan pasir yang digunakan kira-kira 3-4 cm dari dasar wadah. Selama 1 minggu di persemaian bibit dipelihara secara intensif terutama penyiraman dan pengawasan terhadap serangan hama atau penyakit. Bibit dirawat hingga siap ditanam ke lapangan setelah mempunyai daun sebanyak 3-5 helai.
e.       Penanaman
Bibit diambil dari tempat persemaian dengan menggunakan sungkit kayu. Untuk memudahkan pencabutan bibit terlebih dahulu disiram dengan air. Bibit ditanam di polibag yang telah disediakan sebelumnya. Biasanya bibit dipindahkan telah memiliki daun 4 helai dan penanaman dilakukan pada sore hari.
f.       Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari dengan menggunakan gembor. Dengan interval sesuai perlakuan, tetapi dosisnya sama untuk setiap plot.




g.      Pemeliharaan, adapun pemeliharaan yang dilakukan dapat berupa:
1.      Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila ada tanaman yang mati. Tanaman yang mati secepatnya diganti dengan tanaman sisipan yang telah disediakan. Penyulaman paling lambat 5 hari setelah tanam.
2.      Penyiangan
Penyiangan dilakukan seminggu sekali atau sesuai dengan pertumbuhan gulma dipolibek dengan cara mencabut (manual).
h.      Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan dengan manual yaitu membunuh dan membuang hama yang menyerang daun tanaman kaliandengan interval 5 hari sekali,dan apa bila hama dan penyakit sudah melebihi ambang batas ekonomi barulah mengunakan pestisida.
i.        Pemanenan
Pemanenan dilakukan pada umur 8 minggu setelah tanam. kailan dipanen dengan cara memotong pangkal batang tanaman di atas tanah.





.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pembahasan dapat disimpulkan bahawa Teknologi Produksi Tanaman yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil produksi tanaman kailan adalah dengan menggunakan budidaya hidroponik. Sistem budidya hidroponik dapat menghasilkan produk yang berkualitas tinggi. Dalam teknologi hidroponik, pengelolaan air dan hara difokuskan pada cara pemberian yang optimal sesuai dengan kebutuhan tanaman, umur tanaman dan kondisi lingkungan sehingga tercapai hasil yang maksimal. Teknologi budidaya hidroponik dapat berupa hidroponik substrat dalam wadah yang menggunakan Drip irrigation (irigasi tetes) dan Nutrient Film Technique (NFT) dan yang lebih sederhana adalah kultur air (water culture). Kultur air sering disebut true hydroponics, nutri culture, atau bare root system. Teknologi Hidroponik Sistem Terapung (THST) merupakan salah satu sistem kultur air tanpa menggunakan substrat.

4.2 Saran
Diharapkan peran pemerintah untuk tetap mengontrol perkembangan budidaya tanaman kailan dengan memberikan bimbingan ataupun sosialisasi  kepada petani kailan dalam sistem teknologi budidya yang tepat dan benar agar produksi tanaman kailan dapat terpenuhi dan tidak melakukan impor secara terus menerus.


DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Hilda, 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Depok : Universitas Gunadarma
Alamsyah, dkk , 2015. Budidaya Tanaman Kailan (Brassica oleraceae Var. Acephala) Secara Organik. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati. Bandung
Badan Pusat Statistik (BPS), 2006. Sumatera Utara Dalam Angka. BPS. Sumatera Utara, Medan.
Darmawan, 2004. Pertumbuhan Kailan di Tanah Gambut [Online]. http://temp.blogspot.com/tanaman-kalian.html. Diakses 18 Maret 2008
Djojosuwito, S., 2000. Pertanian Organik dan Multiguna. Kanisius, Yogyakarta. Halaman 38, 41, 44.
Hadiutomo, K. 2012. Mekanisasi Pertanian. IPB Press. Bogor. 457 Hal.
Kratky, B.A. 2009. Three non-circulating hydroponic methods for growing lettuce. Proceedings of the International Symposium on Soilless Culture and Hydroponics. Acta. Hort. 843:65-72.
Lingga, P. 2005. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. 80 Hal.
Nursanyoto H, dkk. 1992. Ilmu Pertanian. Jakarta: Golden Terayon Press
Prihmantoro, H dan Y.H. Indriani. 1999. Hidroponik Sayuran Semusim Untuk Bisnis dan Hobi. Penebar Swadaya. Jakarta. 122 Hal.
Resh, H.M. 2004. Hydroponic Food Production. Newconcept Press Inc. New Jarsey. 635 pages.
Rubatzky, VE., dan Yamaguchi, M. 1997. Sayuran dunia 2. Bandung : Penerbit ITB
Rubatzky, V. E. dan M. Yamaguchi, 1998. Sayuran Dunia 2 Prinsip, Produksi, dan Gizi. ITB, Bandung
Saparamadu, M.D.J.S., W.A.P Weerakkody, R.D Wijesekera, and H.D Gunawardhana. 2011. Development Of A Low Cost Hydroponics System And A Formulaton For The Tropics. Journal Of Applied Horticulture, 13 : January-June.
Suhartini, 2005. Media Tanam Untuk Tanaman Hias. Jakarta : Penebar Swadaya.
Sulistyaningsih, E., B. Kurniasih, dan E. Kurniasih. 2005. Pertumbuhan dan Hasil Caisim pada Berbagai Warna Sangkup Plastik. Ilmu Pertanian 12 (1): 65-76.
Susila, A.D. 2013. Sistem Hidroponik. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Untung, O. 2004. Hidroponik Sayuran Sistem NFT. Penebar Swadaya. Jakarta. 96 Hal.
Widadi., 2003. Pengaruh Inokulasi Ganda Cendawan Akar Ganda Plasmodiophora meloidogyne spp. Terhadap Pertumbuhan Kailan. Dikutip dari: http://pertanian.Uns.ac.id. Diakses tanggal 18 Maret 2008.



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar