Kamis, 16 Juni 2016

Laporan Dasar Budidaya Tanaman Pupuk dan Pemupukan



LAPORAN DASAR BUDIDAYA TANAMAN
PUPUK DAN PEMUPUKAN



Oleh :
Nama            : Siska Yulia Nur Aisyah
NIM              : 155040201111183
Kelas             : M
Asisten                   : Akbar Saitama
Prodi             : Agroekoteknologi



PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016


Soal Bagian 1
1.      Bagaimana pemupukan dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman? Jelaskan!
2.      Sebutkan faktor-faktor yang mendasari pengaplikasian pupuk!
3.      Bagaimana mekanisme tanaman menyerap unsur hara dalam tanah? Jelaskan!
4.      Sebutkan serta jelaskan kelebihan dan kekurangan dari pupuk organik dan pupuk anorganik!
5.      Apa perbedaan mendasar dari pupuk fast release dan slow release dan hubungannya terhadap waktu aplikasi saat praktikum!
6.      Mengapa pemupukan SP-36 dalam kegiatan praktikum dasar budidaya tanaman diberikan di awal tanam? Jelaskan!
7.      Apa tujuan dari mempelajari perhitungan pupuk dari segi ekonomi,waktu dan tenaga ?
8.      Sebutkan jenis-jenis pupuk yang diaplikasikan dilahan pada saat praktikum dan jelaskan kandungan unsur pada masing-masing pupuk tersebut?
9.      Mengapa dalam pengaplikasian pupuk kandang harus memahami kematangan pupuk?
10.  Mengapa pada saat aplikasi pupuk tidak dianjurkan pada saat siang hari dan pada saat hujan? Serta mengapa cara pengaplikasian pupuk secara penugalan? Jelaskan!
Jawaban:
1.  Pupuk adalah semua bahan yang diberikan kedalam tanah baik yang organik maupun anorganik dengan maksud untuk mengganti kehilangan unsur tanah dari dalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam keadaan faktor keliling atau keadaan yang baik (Kartasapoetra, 1987). Pemupukan dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman karena dalam pertumbuhan, tanaman memerlukan zat-zat makanan atau unsur hara yang terdiri dari unsur hara makro, seperti N, P, K, S, Mg, Ca dan unsur hara mikro, seperti Mo, Cu, B, Zn, Fe, Mn. Unsur hara makro merupakan unsur hara yang paling banyak diperlukan tanaman dalam pertumbuhannya. Sedangkan unsur hara mikro hanya diperlukan dalam jumlah sedikit oleh tanaman, namun unsur hara mikro harus tetap tersedia di dalam tanah. Sebab, kekurangan salah satu dari unsur hara tersebut, tanaman akan menunjukkan gejala defisiensi sehingga dapat mengganggu pertumbuhannya. Untuk memenuhi zat-zat makanan tersebut, maka diperlukan pemupukan (Cahyono,B., 2005). Menurut Yuwono,D (2005 :12)., kompos yang sudah jadi dan siap digunakan untuk memupuk tanaman mengandung sebagian besar dari 3 golongan unsur hara antara lain: Unsur hara makro primer yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak, seperti Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Yang kedua mengandung unsur hara makro sekunder sedang yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah kecil, seperti Sulfur/Belerang (S), Kalsium (Ca), dan Magnesium (Mg). Dan unsur yang ketiga adalah unsur hara mikro yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, seperti Besi (Fe), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Klor (Cl), Boron (B), Mangan (Mn), dan Molibdenum (Mo). Unsur-unsur tersebut sangat dibutuhkan tanaman dalam pertumbuhan tanaman.

2.    Faktor-faktor yang mendasari dalam pengaplikasian pupuk adalah akibat dari produktivitas tanah yang lama kelamaan akan semakin menurun. Menurut Novizan (2002), bahwa hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya :
a.       Usaha  budidaya pertanian, akibat dari pengolahan tanah yang berlebihan
b.    Pengikisan top soil, menyebabkan berkurangnya unsur hara dalam tanah
c. Pencemaran lingkungan, terkandungnya zat beracun dalam tanah sehingga menghilangkan unsur hara dalam tanah
d.      Bencana alam, juga mampu menghilangkan unsur hara dalam tanah

3.      Unsur hara dapat diperoleh dari pupuk. Pemberian pupuk dapat melalui dua cara, yaitu dengan pemberian pupuk berupa butiran dan cairan. Sehingga tanaman dapat menyerap unsur hara melalui akar yang berupa butiran atau melalui daun yang berupa cairan. Pemberian pupuk diberikan pada sekitar permukaan akar. Sehingga akar dapat menyerap pupuk melalui dua proses, yaitu:
a.       Proses aktif
Proses penyerapan unsur hara dengan energi aktif, yaitu energi metabolik. Energi metabolik ini dihasilkan dari proses pernafasan akar tanaman. Apabila proses pernafasan akar tanaman berkurang maka akan menurunkan proses penyerapan unsur hara. Bagian akar yang paling aktif untuk penyerapan unsur hara adalah bagian yang dekat dengan ujung akar dan rambut-rambut akar.
b.      Proses selektif
Proses selektif terhadap penyerapan unsur hara terjadi pada membran. Membran ini berkemampuan untuk melakukan seleksi unsur hara. Sehingga pada membran ini berlangsung melalui suatu carrier dimana bersenyawa dengan ion (unsur) terpilih yang mana selanjutnya dibawa masuk ke dalam protoplasma dengan menembus membran sel.
(Benton, 1998).

4.      Pupuk anorganik atau disebut juga sebagai pupuk mineral adalah pupuk yang mengandung satu atau lebih senyawa anorganik (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Dalam aplikasinya, sering di jumpai beberapa kelebihan dan kelemahan dari penggunaan pupuk anorganik. Beberapa manfaat dan keunggulan pupuk anorganik antara lain: mampu menyediakan hara dalam waktu relatif lebih cepat, menghasilkan nutrisi tersedia yang siap diserap tanaman, kandungan jumlah nutrisi lebih banyak, tidak berbau menyengat, praktis dan mudah diaplikasikan. Sedangkan kelemahan dari pupuk anorganik adalah harga relatif mahal dan mudah larut dan mudah hilang, menimbulkan polusi pada tanah apabila diberikan dalam dosis yang tinggi. Unsur yang paling dominan dijumpai dalam pupuk anorganik adalah unsur N, P, dan K.
Sedangkan menurut Marsono, (2001) beberapa kelebihan pupuk organik antara lain:
1.      Mengubah struktur tanah menjadi lebih baik sehingga pertumbuhan tanaman juga semakin baik. Saat pupuk dimasukkan ke dalam tanah, bahan organik pada pupuk akan dirombak oleh mikroorganisme pengurai menjadi senyawa organik sederhana yang mengisi ruang pori tanah sehingga tanah menjadi gembur. Pupuk organik juga dapat bertindak sebagai perekat sehingga struktur menjadi lebih mantap.
2.      Meningkatkan daya serap dan daya pegang tanah terhadap air sehingga tersedia bagi tanaman. Hal ini karena bahan organik mampu menyerap air dua kali lebih besar dari bobotnya. Dengan demikian pupuk organik sangat berperan dalam mengatasi kekeringan air pada musim kering.
3.      Memperbaiki kehidupan organisme tanah. Bahan organik dalam pupuk ini merupakan bahan makanan utama bagi organisme dalam tanah, seperti cacing, semut, dan mikroorganisme tanah. Semakin baik kehidupan dalam tanah ini semakin baik pula pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman dan tanah itu sendiri.
Menurut Marsono, (2001) beberapa kekurangan pupuk organik antara lain:
1.      Kandungan hara rendah. Kandungan hara pada pupuk organik umumnya rendah namun bervariasi tergantung jenis bahan dasarnya.
2.      Ketersediaan unsur hara lambat. Hara yang berasal dari bahan organik diperlukan untuk kegiatan mikroba tanah untuk diubah dari bentuk organik komplek yang tidak dapat dimanfaatkan tanaman menjadi bentuk senyawa organik dan anorganik yang sederhana yang dapat diserap oleh tanaman. Untuk menutupi kekurangan hara pada pupuk organik, maka pada saat aplikasi harus diikuti dengan pupuk anorganik yang lebih cepat tersedia bagi tanaman.

5.      Dalam waktu pengaplikasian pupuk menurut Lingga (2002), terdapat perbedaan mendasar dari pupuk fast release dan slow release dalam melepaskannya yaitu :
a.       Pupuk fast release
Pupuk yang jika ditebarkan ke tanah dalam waktu singkat unsur hara yang ada atau terkandung langsung dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Kelemahan pupuk ini adalah terlalu cepat habis, bukan hanya karena diserap oleh tanaman tetapi juga menguap atau tercuci oleh air. Contoh yang termasuk pupuk fast release antara lain urea, ZA, dan KCL.
b.      Pupuk slow release
Biasa disebut dengan pupuk lepas terkendali (controlled release) akan melepaskan unsur hara yang dikandungnya sedikit demi sedikit sesuai dengan kebutuhan tanaman. Mekanisme ini dapat terjadi karena unsur hara yang dikandung pupuk slow release dilindungi secara kimiawi dan mekanis. Perlindungan secara mekanis berupa pembungkus bahan pupuk dengan selaput polimer atau selaput yang mirip dengan bahan pembungkus kapsul.

6.      Pada pemupukan SP-36 dalam kegiatan praktikum dasar budidaya tanaman diberikan di awal tanam karena pada dasarnya pupuk dasar SP-36 memang sebaiknya diberikan saat awal masa tanam pada tanaman semusim sedangkan untuk tanaman tahunan diberikan pada awal atau akhir masa hujan segera setelah panen. Pupuk SP-36 berperan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara fosfat (P) yang dapat memacu pertumbuhan dan pembentukan sistem perakaran serta mempercepat pertumbuhan jaringan tanaman. Menurut Heru Primantoro (1999), pupuk TSP atau SP-36 adalah pupuk yang tidak mudah hancur untuk menyediakan energi menjelang berbunga atau berbuah.

7.      Tujuan dari mempelajari perhitungan pupuk dari segi ekonomi, waktu dan tenaga adalah:
a.       Perhitungan pupuk dari segi ekonomi diperlukan agar tidak ada pupuk yang terbuang percuma karena tidak diserap tanaman.
b.      Dari segi waktu, perhitungan pupuk diperlukan agar pupuk terserap oleh tanaman sesuai dengan usia tanaman.
c.       Dari segi tenaga, perhitungan pupuk diperlukan agar tidak memberi pupuk setiap kali ada di lahan melainkan memberi pupuk saat tanaman membutuhkannya.
Hal tersebut sejalan dengan pernytaan Soegijanto (2000), bahwa penting untuk mengetahui cara pengaplikasian pupuk yang benar karena harga pupuk yang mahal, tenaga kerja
8.    Jenis-jenis pupuk yang diaplikasikan di lahan pada saat praktikum dan kandungan unsur pada masing-masing pupuk adalah:
1.      Pupuk Urea
Urea mengandung 46 % nitrogen (N). Urea sangat mudah larut dalam air dan bereaksi cepat, juga mudak menguap dalam bentuk ammonia. Dalam proses pembuatan Urea sering terbentuk senyawa biuret yang dapat meracuni tanaman jika terdapat dalam jumlah yang banyak. Agar tidak meracuni dalam pemberian Urea harus kurang 1,5-2,0 %. Kandungan N yang tinggi pada Urea sangat dibutuhkan pada pertumbuhan awal tanaman (Nurhayati , dkk, 1986)
2.      KCL
Pupuk KCL mengandung 52%-53% K2O dan KCl 90 dengan kandungan 55% - 58% K2O. pupuk ini larut dalam air. Bila dimasukkan ke dalam tanah pupuk ini akan terionisasi menjadi ion K+ dan ion Cl_. Pupuk KCL kurang baik jika digunakan pada tanaman tembaau, kelapa sawit dan kentang (Hasibuan, 2004).
3.      SP-36
Pupuk SP-36 mengandung 36 phosphor dalam bentuk P2O5. Sifatnya agak sulit larut di dalam air dan bereaksi lambat sehingga selalu digunakan sebagai pupuk dasar. Kekurangan dalam pemberian pupuk ini dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, lamban pemasakan dan produksi tanaman rendah. (Hakim, dkk, 1986).

9.      Dalam pengaplikasian pupuk kandang harus memahami kematangan pupuk karena Menurut Bambang (2003), bahwa pupuk kandang yang biasa digunakan adalah pupuk kandang yang telah matang, karena pemberian pupuk kandang yang belum matang berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman bahkan dapat menyebabkan kematian tanaman. Hal ini dikarenakan pupuk kandang yang belum matang masih mengalami proses penguraian dan pembusukan yang menghasilkan energi panas (mencapai 75 derajat C) yang dapat merusak akar tanaman. Selain itu pupuk kandang yang belum matang masih mengandung bibit-bibit penyakit yang dapat menginfeksi tanaman.

10.  Pada saat aplikasi pupuk tidak dianjurkan pada saat siang hari dan pada saat hujan karena pada siang hari pupuk mudah menguap, selain itu sinar matahari dapat membuat pupuk menguap lebih cepat dan pupuk tidak terserap tanaman. Dan tidak dianjurkan mengaplikasikan pupuk pada saat hujan karena air hujan akan membawa pupuk dan tanaman tidak bisa menyerap pupuk. Pengaplikasian pupuk dilakukan secara penugalan dengan tujuan untuk menghidari penguapan pupuk dan hilangnya pupuk karena terbawa oleh air hujan.
Hal tersebut sejalan dengan Heru (1996), bahwa pemupukan pada siang hari tidak baik bagi tanaman karena sinar matahari akan menguapkan kandungan air dalam jaringan tanaman sehingga garam-garam mengendap di permukaan jaringan tanaman tersebut dan berakibat penyerapan pupuk menjadi terhambat dan pertumbuhan tanaman menjadi tidak sehat. Dan sangat tidak dianjurkan untuk melakukan pemupukan (pupuk akar maupun pupuk daun) pada saat akan hujan karena pupuk yang diberikan saat hari akan hujan akan terbawa oleh air hujan baik akibat aliran permukaan (erosi) maupun akibat aliran air dalam tanah (perkalori) juga pupuk daunyang disemprotkan menjelang hujan akan hanyut oleh air hujan yang turun sebelum pupuk terserap oleh tanaman.
Sukamto (2012) menjelaskan bahwa penggunaan pupuk paling baik dilakukan dengan cara dibenamkan. Pasalnya penguapan unsur hara akibat proses kimia dalam tanah dapat dikurangi.


DAFTAR PUSTAKA
Bambang.2003. Cabai Rawit. Yogyakarta: Kanisius
Benton. 1998. Plant Nutrition Manual. CRC Press Boca Raton. Florida
Cahyono.B.2005. Budidaya dan Analisa UsahaTani. Kanisius. Yogyakarta
Hakim, dkk., 1986. Dasar-dasar Imu Tanah. Penerbit Universitas Lampung, Lampung
Hasibuan, B. E., 2004. Pupuk Dan Pemupukan. Universitas Sumatera Utara Press. Medan
Heru. 1996. Memupuk Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Depok
Kartasapoetra. 1987. Konservasi tanah dan air. Bina Aksara. Jakarta
Leiwakabessy, F. M. dan A. Sutandi. 2004. Pupuk dan Pemupukan. Diklat Kuliah. Departemen Tanah. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor
Lingga, Pinus. 2002. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Marsono. 2001. Pupuk Akar. Redaksi Agromedia. Jakarta
Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. AgroMedia Pustaka. Jakarta
Nurhayati, Hakim, dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Lampung
Primantoro, Heru. 1999. Memupuk Tanaman Sayur. Niaga Swadaya. Jakarta
Sugijanto, 2000. Pupuk dan Petani :Studi Kasus Adopsi Pupuk Oleh Petani Calauan, Laguna, Filipina. Media Pressindo. Yogyakarta
Sukamto.2012.Membuat Pupuk Organik Cair. AgroMedia. Jakarta
Suryandari, S. 1987. Pengaruh Tingkat Pemupukan Nitrogen dan Fosfat terhadap Beberapa Aspek Pertumbuhan Setaria splendida Stapf dalam “Pertanaman campuran dengan Centrosema pubescens Benth”. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Yuwono Dipo.2005.Kompas.Penebar Swadaya.Jakarta