LAPORAN DASAR BUDIDAYA TANAMAN
PUPUK DAN PEMUPUKAN
Oleh :
Nama : Siska Yulia
Nur Aisyah
NIM :
155040201111183
Kelas : M
Asisten :
Akbar Saitama
Prodi :
Agroekoteknologi
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
Soal
Bagian 1
1.
Bagaimana
pemupukan dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman? Jelaskan!
2. Sebutkan faktor-faktor yang mendasari pengaplikasian pupuk!
3.
Bagaimana
mekanisme tanaman menyerap unsur hara dalam tanah? Jelaskan!
4.
Sebutkan serta
jelaskan kelebihan dan kekurangan dari pupuk organik dan pupuk anorganik!
5. Apa perbedaan mendasar dari pupuk fast release dan slow
release dan hubungannya terhadap waktu aplikasi saat praktikum!
6.
Mengapa
pemupukan SP-36 dalam kegiatan praktikum dasar budidaya tanaman diberikan di
awal tanam? Jelaskan!
7.
Apa tujuan dari
mempelajari perhitungan pupuk dari segi ekonomi,waktu dan tenaga ?
8.
Sebutkan
jenis-jenis pupuk yang diaplikasikan dilahan pada saat praktikum dan jelaskan
kandungan unsur pada masing-masing pupuk tersebut?
9. Mengapa dalam pengaplikasian pupuk kandang harus memahami
kematangan pupuk?
10.
Mengapa pada
saat aplikasi pupuk tidak dianjurkan pada saat siang hari dan pada saat hujan?
Serta mengapa cara pengaplikasian pupuk secara penugalan? Jelaskan!
Jawaban:
1. Pupuk adalah semua bahan yang diberikan kedalam tanah
baik yang organik maupun anorganik dengan maksud untuk mengganti kehilangan
unsur tanah dari dalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman
dalam keadaan faktor keliling atau keadaan yang baik (Kartasapoetra, 1987). Pemupukan
dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman karena dalam pertumbuhan, tanaman
memerlukan zat-zat makanan atau unsur hara yang terdiri dari unsur hara makro,
seperti N, P, K, S, Mg, Ca dan unsur hara mikro, seperti Mo, Cu, B, Zn, Fe, Mn.
Unsur hara makro merupakan unsur hara yang paling banyak diperlukan tanaman
dalam pertumbuhannya. Sedangkan unsur hara mikro hanya diperlukan dalam jumlah
sedikit oleh tanaman, namun unsur hara mikro harus tetap tersedia di dalam
tanah. Sebab, kekurangan salah satu dari unsur hara tersebut, tanaman akan
menunjukkan gejala defisiensi sehingga dapat mengganggu pertumbuhannya. Untuk
memenuhi zat-zat makanan tersebut, maka diperlukan pemupukan (Cahyono,B.,
2005). Menurut
Yuwono,D (2005 :12)., kompos yang sudah jadi dan siap digunakan untuk memupuk
tanaman mengandung sebagian besar dari 3 golongan unsur hara antara lain: Unsur
hara makro primer yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak, seperti
Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Yang kedua mengandung unsur hara
makro sekunder sedang yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah kecil,
seperti Sulfur/Belerang (S), Kalsium (Ca), dan Magnesium (Mg). Dan unsur yang
ketiga adalah unsur hara mikro yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit,
seperti Besi (Fe), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Klor (Cl), Boron (B), Mangan (Mn),
dan Molibdenum (Mo). Unsur-unsur tersebut sangat dibutuhkan tanaman dalam
pertumbuhan tanaman.
2. Faktor-faktor yang mendasari dalam
pengaplikasian pupuk adalah akibat dari produktivitas tanah yang lama kelamaan
akan semakin menurun. Menurut Novizan (2002), bahwa hal tersebut disebabkan
oleh beberapa faktor diantaranya :
a. Usaha budidaya pertanian, akibat dari pengolahan
tanah yang berlebihan
b. Pengikisan
top soil, menyebabkan berkurangnya unsur hara dalam tanah
c. Pencemaran lingkungan, terkandungnya zat
beracun dalam tanah sehingga menghilangkan unsur hara dalam tanah
d. Bencana
alam, juga mampu menghilangkan unsur hara dalam tanah
3. Unsur
hara dapat diperoleh dari pupuk. Pemberian pupuk dapat melalui dua cara, yaitu
dengan pemberian pupuk berupa butiran dan cairan. Sehingga tanaman dapat
menyerap unsur hara melalui akar yang berupa butiran atau melalui daun yang
berupa cairan. Pemberian pupuk diberikan pada sekitar permukaan akar. Sehingga
akar dapat menyerap pupuk melalui dua proses, yaitu:
a. Proses
aktif
Proses
penyerapan unsur hara dengan energi aktif, yaitu energi metabolik. Energi
metabolik ini dihasilkan dari proses pernafasan akar tanaman. Apabila proses
pernafasan akar tanaman berkurang maka akan menurunkan proses penyerapan unsur
hara. Bagian akar yang paling aktif untuk penyerapan unsur hara adalah bagian
yang dekat dengan ujung akar dan rambut-rambut akar.
b. Proses
selektif
Proses
selektif terhadap penyerapan unsur hara terjadi pada membran. Membran ini
berkemampuan untuk melakukan seleksi unsur hara. Sehingga pada membran ini
berlangsung melalui suatu carrier dimana bersenyawa dengan ion (unsur) terpilih
yang mana selanjutnya dibawa masuk ke dalam protoplasma dengan menembus membran
sel.
(Benton,
1998).
4. Pupuk
anorganik atau disebut juga sebagai pupuk mineral adalah pupuk yang mengandung
satu atau lebih senyawa anorganik (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Dalam
aplikasinya, sering di jumpai beberapa kelebihan dan kelemahan dari penggunaan
pupuk anorganik. Beberapa manfaat dan keunggulan pupuk anorganik antara lain:
mampu menyediakan hara dalam waktu relatif lebih cepat, menghasilkan nutrisi
tersedia yang siap diserap tanaman, kandungan jumlah nutrisi lebih banyak,
tidak berbau menyengat, praktis dan mudah diaplikasikan. Sedangkan kelemahan
dari pupuk anorganik adalah harga relatif mahal dan mudah larut dan mudah
hilang, menimbulkan polusi pada tanah apabila diberikan dalam dosis yang
tinggi. Unsur yang paling dominan dijumpai dalam pupuk anorganik adalah unsur
N, P, dan K.
Sedangkan menurut Marsono, (2001) beberapa kelebihan
pupuk organik antara lain:
1. Mengubah
struktur tanah menjadi lebih baik sehingga pertumbuhan tanaman juga semakin
baik. Saat pupuk dimasukkan ke dalam tanah, bahan organik pada pupuk akan
dirombak oleh mikroorganisme pengurai menjadi senyawa organik sederhana yang
mengisi ruang pori tanah sehingga tanah menjadi gembur. Pupuk organik juga
dapat bertindak sebagai perekat sehingga struktur menjadi lebih mantap.
2. Meningkatkan
daya serap dan daya pegang tanah terhadap air sehingga tersedia bagi tanaman.
Hal ini karena bahan organik mampu menyerap air dua kali lebih besar dari
bobotnya. Dengan demikian pupuk organik sangat berperan dalam mengatasi
kekeringan air pada musim kering.
3. Memperbaiki
kehidupan organisme tanah. Bahan organik dalam pupuk ini merupakan bahan
makanan utama bagi organisme dalam tanah, seperti cacing, semut, dan
mikroorganisme tanah. Semakin baik kehidupan dalam tanah ini semakin baik pula
pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman dan tanah itu sendiri.
Menurut
Marsono, (2001) beberapa kekurangan pupuk organik antara lain:
1. Kandungan
hara rendah. Kandungan hara pada pupuk organik umumnya rendah namun bervariasi
tergantung jenis bahan dasarnya.
2. Ketersediaan
unsur hara lambat. Hara yang berasal dari bahan organik diperlukan untuk
kegiatan mikroba tanah untuk diubah dari bentuk organik komplek yang tidak
dapat dimanfaatkan tanaman menjadi bentuk senyawa organik dan anorganik yang
sederhana yang dapat diserap oleh tanaman. Untuk menutupi kekurangan hara pada
pupuk organik, maka pada saat aplikasi harus diikuti dengan pupuk anorganik
yang lebih cepat tersedia bagi tanaman.
5. Dalam waktu pengaplikasian pupuk menurut Lingga (2002), terdapat perbedaan mendasar dari pupuk
fast release dan slow release dalam melepaskannya yaitu :
a. Pupuk
fast release
Pupuk yang jika ditebarkan ke tanah dalam waktu singkat unsur hara yang ada
atau terkandung langsung dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Kelemahan pupuk ini
adalah terlalu cepat habis, bukan hanya karena diserap oleh tanaman tetapi juga
menguap atau tercuci oleh air. Contoh yang termasuk pupuk fast
release antara lain urea, ZA, dan KCL.
b.
Pupuk slow release
Biasa
disebut dengan pupuk lepas terkendali (controlled release) akan
melepaskan unsur hara yang dikandungnya sedikit demi sedikit sesuai dengan
kebutuhan tanaman. Mekanisme ini dapat terjadi karena unsur hara yang dikandung
pupuk slow release dilindungi secara kimiawi dan mekanis. Perlindungan
secara mekanis berupa pembungkus bahan pupuk dengan selaput polimer atau
selaput yang mirip dengan bahan pembungkus kapsul.
6.
Pada pemupukan SP-36 dalam kegiatan
praktikum dasar budidaya tanaman diberikan di awal tanam karena pada dasarnya pupuk dasar SP-36 memang sebaiknya diberikan saat awal masa tanam pada
tanaman semusim sedangkan untuk tanaman tahunan diberikan pada awal atau akhir
masa hujan segera setelah panen. Pupuk SP-36 berperan
untuk memenuhi kebutuhan unsur hara fosfat (P) yang dapat memacu pertumbuhan
dan pembentukan sistem perakaran serta mempercepat pertumbuhan jaringan
tanaman. Menurut Heru Primantoro (1999), pupuk TSP atau SP-36 adalah pupuk yang
tidak mudah hancur untuk menyediakan energi menjelang berbunga atau berbuah.
7. Tujuan
dari mempelajari perhitungan pupuk dari segi ekonomi, waktu dan tenaga adalah:
a. Perhitungan
pupuk dari segi ekonomi diperlukan agar tidak ada pupuk yang terbuang percuma
karena tidak diserap tanaman.
b. Dari
segi waktu, perhitungan pupuk diperlukan agar pupuk terserap oleh tanaman
sesuai dengan usia tanaman.
c. Dari
segi tenaga, perhitungan pupuk diperlukan agar tidak memberi pupuk setiap kali
ada di lahan melainkan memberi pupuk saat tanaman membutuhkannya.
Hal
tersebut sejalan dengan pernytaan Soegijanto (2000), bahwa penting untuk
mengetahui cara pengaplikasian pupuk yang benar karena harga pupuk yang mahal,
tenaga kerja
8. Jenis-jenis
pupuk yang diaplikasikan di lahan pada saat praktikum dan kandungan unsur pada
masing-masing pupuk adalah:
1. Pupuk
Urea
Urea
mengandung 46 % nitrogen (N). Urea sangat mudah larut dalam air dan bereaksi
cepat, juga mudak menguap dalam bentuk ammonia. Dalam proses pembuatan Urea
sering terbentuk senyawa biuret yang dapat meracuni tanaman jika terdapat dalam
jumlah yang banyak. Agar tidak meracuni dalam pemberian Urea harus kurang
1,5-2,0 %. Kandungan N yang tinggi pada Urea sangat dibutuhkan pada pertumbuhan
awal tanaman (Nurhayati , dkk, 1986)
2. KCL
Pupuk KCL mengandung
52%-53% K2O dan KCl 90 dengan kandungan 55% - 58% K2O. pupuk ini larut dalam
air. Bila dimasukkan ke dalam tanah pupuk ini akan terionisasi menjadi ion K+
dan ion Cl_. Pupuk KCL kurang baik jika digunakan pada tanaman
tembaau, kelapa sawit dan kentang (Hasibuan, 2004).
3. SP-36
Pupuk SP-36 mengandung
36 phosphor dalam bentuk P2O5. Sifatnya agak sulit larut
di dalam air dan bereaksi lambat sehingga selalu digunakan sebagai pupuk dasar.
Kekurangan dalam pemberian pupuk ini dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman
menjadi kerdil, lamban pemasakan dan produksi tanaman rendah. (Hakim, dkk,
1986).
9. Dalam
pengaplikasian pupuk kandang harus memahami kematangan pupuk karena Menurut
Bambang (2003), bahwa pupuk kandang yang biasa digunakan adalah pupuk kandang
yang telah matang, karena pemberian pupuk kandang yang belum matang berpengaruh
buruk terhadap pertumbuhan tanaman bahkan dapat menyebabkan kematian tanaman.
Hal ini dikarenakan pupuk kandang yang belum matang masih mengalami proses
penguraian dan pembusukan yang menghasilkan energi panas (mencapai 75 derajat
C) yang dapat merusak akar tanaman. Selain itu pupuk kandang yang belum matang
masih mengandung bibit-bibit penyakit yang dapat menginfeksi tanaman.
10. Pada
saat aplikasi pupuk tidak dianjurkan pada saat siang hari dan pada saat hujan
karena pada siang hari pupuk mudah menguap, selain itu sinar matahari dapat
membuat pupuk menguap lebih cepat dan pupuk tidak terserap tanaman. Dan tidak
dianjurkan mengaplikasikan pupuk pada saat hujan karena air hujan akan membawa
pupuk dan tanaman tidak bisa menyerap pupuk. Pengaplikasian pupuk dilakukan
secara penugalan dengan tujuan untuk menghidari penguapan pupuk dan hilangnya
pupuk karena terbawa oleh air hujan.
Hal tersebut sejalan dengan Heru
(1996), bahwa pemupukan pada siang hari tidak baik bagi tanaman karena sinar
matahari akan menguapkan kandungan air dalam jaringan tanaman sehingga
garam-garam mengendap di permukaan jaringan tanaman tersebut dan berakibat
penyerapan pupuk menjadi terhambat dan pertumbuhan tanaman menjadi tidak sehat.
Dan sangat tidak dianjurkan untuk melakukan pemupukan (pupuk akar maupun pupuk
daun) pada saat akan hujan karena pupuk yang diberikan saat hari akan hujan
akan terbawa oleh air hujan baik akibat aliran permukaan (erosi) maupun akibat
aliran air dalam tanah (perkalori) juga pupuk daunyang disemprotkan menjelang
hujan akan hanyut oleh air hujan yang turun sebelum pupuk terserap oleh
tanaman.
Sukamto (2012) menjelaskan bahwa
penggunaan pupuk paling baik dilakukan dengan cara dibenamkan. Pasalnya
penguapan unsur hara akibat proses kimia dalam tanah dapat dikurangi.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang.2003.
Cabai Rawit. Yogyakarta: Kanisius
Benton. 1998. Plant Nutrition Manual. CRC Press Boca
Raton. Florida
Cahyono.B.2005.
Budidaya dan Analisa UsahaTani. Kanisius.
Yogyakarta
Hakim,
dkk., 1986. Dasar-dasar Imu Tanah.
Penerbit Universitas Lampung, Lampung
Hasibuan,
B. E., 2004. Pupuk Dan Pemupukan.
Universitas Sumatera Utara Press. Medan
Heru.
1996. Memupuk Tanaman Buah. Penebar
Swadaya. Depok
Kartasapoetra. 1987. Konservasi
tanah dan air. Bina Aksara. Jakarta
Leiwakabessy, F. M. dan A. Sutandi. 2004.
Pupuk dan Pemupukan. Diklat Kuliah.
Departemen Tanah. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor
Lingga, Pinus. 2002. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Marsono. 2001. Pupuk Akar. Redaksi Agromedia. Jakarta
Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif.
AgroMedia Pustaka. Jakarta
Nurhayati, Hakim, dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lembaga
Penelitian Universitas Lampung. Lampung
Primantoro,
Heru. 1999. Memupuk Tanaman Sayur. Niaga Swadaya. Jakarta
Sugijanto,
2000. Pupuk dan Petani :Studi Kasus
Adopsi Pupuk Oleh Petani Calauan, Laguna, Filipina. Media Pressindo. Yogyakarta
Sukamto.2012.Membuat Pupuk Organik Cair. AgroMedia. Jakarta
Suryandari, S. 1987. Pengaruh
Tingkat Pemupukan Nitrogen dan Fosfat terhadap Beberapa Aspek Pertumbuhan Setaria splendida Stapf dalam
“Pertanaman campuran dengan Centrosema pubescens Benth”. Karya Ilmiah. Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor
Yuwono
Dipo.2005.Kompas.Penebar
Swadaya.Jakarta